Berikut ini adalah pertanyaan dari salah seorang pembaca www.ilmuterbang.com yang tidak dapat kami jawab karena merupakan tanggung jawab  pihak yang berwenang. Tapi tulisan di bawah ini yang merupakan jawaban dari seorang penerbang juga merupakan tantangan buat dunia penerbangan di Indonesia.

Halo,

Saya cuma mau menanyakan mengapa di indonesia tidak ada yg namanya SODA test farnworth lantern test untuk penderita buta warna partial?

Sementara di negara2 maju seperti USA base on FAA regulation nya menjelaskan bahwa pemeriksaan buta warna hanya dilakukan sekali seumur hidup dan bagi yg mengalami masalah seperti green/ red deficiency masih bisa bekerja sebagai penerbang selama mereka lulus SODA test tersebut.

Test tersebut menggunakan metode Farnworth lantern yang mana calon penerbang akan diuji menggunakan lampu berwarna merah putih dan hijau saja, apabila dia tepat dalam menyebutkan warna yg diberikan maka ia akan lulus. Hal ini untuk mengurangi deskriminasi cacat partial color blind yang mana seluruh penderita green/red deficiency akan gagal bila menghadapi ishihara test ( test menggunakan buku bulat2 warna angka).

Terima kasih

Best regards,

Baba

 

Jawab :

Buta warna banyak jenisnya, ada yang Achromatopsia : buta warna total, itu kaya nonton TV hitam putih
Deuteranopia: kesulitan membedakan antara merah/ungu dan hijau/ungu
Protanopia: kesulitan membedakan antara biru/hijau dan merah/hijau
Tritanopia: kesulitan membedakan kuning/hijau dan biru/hijau
Biasanya tes Isihara diminta mencapai 90% kalau apply sertifikat kelas 1

dr. Ady Wirawan, MPH, ACCAM

---------------------------------------------------------------

Dear Baba 

Memang benar bahwa tes buta warna di Indonesia masih menggunakan metoda lama yaitu dengan Ishihara Test Plate tersebut.

Ini semua dikembalikan pada regulasi yang mendasarinya. Selama DSKU sebagai gawang seluruh regulasi penerbangan Indonesia belum meratifikasi soal battery test untuk buta warna maka kita masih harus menunggu dengan sabar.
 
Kembali pada masalah SODA Farnworth Lantern Test,mungin anda juga sudah mengetahuinya.
Sesungguhnya  kami baru mendengar test ini berlaku di Amerika saja dimana FAA sebagai regulator-nya. JAA sebagai acuan regulator Eropa masih memberlakukan Ishihara test untuk uji buta warna.
 
SODA ini sebenarnya sebuah test singkat dimana si calon pilot duduk di dalam cockpit pesawat yang sedang parkir di darat, sang penguji akan berdiri di suatu tempat di luar pesawat untuk kemudian memberi sinyal cahaya lewat 3 buah alat Farnworth.Bentuk alat ini seperti sebuah senjata yang memancarkan cahaya berwarna masing masing Merah,Hijau,dan Putih.

Jika calon pilot dapat menjawab dengan benar warna cahaya yang ditembakkan, maka dia akan mendapatkan sertifikat SODA untuk kemudian dibawa sebagai bekal tes kesehatan lanjutan lain pada dokter penguji kesehatan penerbangan umumnya.

Mengapa warna Merah,Hijau,dan Putih saja yang dibutuhkan?

Karena sesungguhnya warna warna inilah yang paling dibutuhkan pada penerbangan.

Sinyal lampu dari menara pengawas kepada pilot juga terdiri dari kombinasi tiga warna ini saja.
Lampu luar (eksterior) dari semua pesawat juga terdiri dari kombinasi tiga warna ini saja.
Jika pilot dapat mengidentifikasikan ketiga warna ini sebenarnya mayoritas dari aktifitas penerbangan mereka tidak akan menjadi masalah.
Jadi, buta warna parsial bukanlah harga mati untuk jadi pilot.Masih ada kesempatan untuk jadi penerbang bagi mereka.

Cuma saja mohon dipertimbangkan poin-poin di bawah ini :
  1. Penerbang tempur atau militer harus mutlak tidak buta warna.Karena spesifikasi tugas mereka yang lebih kompleks dan membutuhkan kesempurnaan penglihatan.Termasuk mengkode dokumen dokumen yang penuh warna.Dan mayoritas operasi mereka adalah VFR (visual flight rules), jadi medan luar yang penuh kontras warna harus tetap dalam penglihatan. Untuk itu, kemungkinan untuk jadi penerbang tempur tertutup untuk penderita buta warna.
  2. Penerbang sipil mungkin untuk beberapa regulator dibatasi sampai sertifikasi PPL(Private Pilot Licence)
  3. Tes ini hanya bisa dilakukan di Amerika dan berlaku di Amerika sejauh yang kami tahu.Maka, pilot pun hanya bisa beroperasi di wilayah Amerika saja.Karena jika pilot dengan buta warna berupaya mendaftar kerja di wilayah lain, dikhawatirkan akan tersangkut pada tes buta warna lagi.
  4. Jika pun ada regulator dari negara lain yang sudah meratifikasi Test tersebut, maka wilayah operasi pilot tetap akan terbatas di negara negara tersebut.
  5. Indonesia sampai sekarang belum adaptasi dengan hal ini.Jadi belum ada pilot yang buta warna parsial bekerja di Indonesia.
  6. Design pesawat masih belum mengadopsi prinsip 3 warna tersebut. Karena panel,display dan instrument di sejumlah pesawat modern masih menggunakan multi warna.Dikhawatirkan pilot dengan buta warna parsial akan menghadapi kesusahan identifikasi warna magenta,amber,biru,dan cyan.
Sekian dulu jawaban dari kami, semoga dapat diterima dengan baik.
Terima kasih atas pertanyaan anda dan tetap semangat dalam dunia penerbangan
AHZ