First step to be real pilot is flying solo! Setelah selama hampir 2 minggu mempelajari bagaimana menerbangkan sebuah pesawat, dari mulai belajar mengetahui effect of control pada first flight saya, straight and level, climbingand descending, Turning, Slow Flight, dan Stall pada misi ke 6 saya masuk pada misi Sirkuit. 

Sirkuit sendiri pada hakikatnya adalah penggabungan dari seluruh pelajaran yang telah di pelajari, jadi kita take-off mengikuti arah landasan pacu, lalu berbelok 90′ dari runway yang disebut posisi crosswind, lalu berbelok lagi 90′ dari crosswind sehingga kita sejajar dengan runway yang disebut dengan downwind, lalu berbelok lagi 90′ dan masuk ke posisi base-leg dan akhirnya berbelok lagi 90′ searah dengan runway di mana kita take-off tadi, landing dan kembali mengudara, atau biasa disebut touch and go. Disinilah pengaplikasian tersebut dilaksanakan di mana kita harus climbing, climbing turn, straight and level, descending, descending turn, harus maintain heading/centerline dengan keadaan angin yang bisa berubah-ubah dan juga harus memperhatikan traffic lain yang ada di sekitar kita. Di sinilah dituntutnya konsentrasi tinggi dari seorang penerbang, tapi bagian paling susah dari sebuah sirkuit adalah Flare. Flare adalah di mana keadaan pesawat dengan power idle dan melayang di atas landasan dan menunggu berkurangnya kecepatan sehingga pesawat akan jatuh ke landasan dengan sendirinya, di sini yang adalah gimana membuat ketika jatuh diatas landasan dengan lembut minimal ga gubrak deh, di sinilah di mana dibutuhkan sebuah feeling yang kuat, ketika kita flare pesawat terlalu tinggi maka pesawat akan jatuh menghentak dengan keras, kalau terlalu rendah keburu sampai duluan rodanya di landasan ya gubrak juga, hahaha susah deh!

Awal-awal misi sirkuit sih semuanya sudah bagus, cuma masalah saya tetap di Flare belum dapat feelnya gimana, padahal waktu awal sebelum sirkuit saya bisa mendaratkan pesawat dengan halus, nanya-nanya dengan yang lain mereka bilang kalo nge-flare itu akan bisa sendiri by hour. Ternyata bener di sirkuit kedua saya Alhamdulillah udah dapet feelnya, seneng banget dapet feelnya dan hari itu juga langsung dapet semua prosedur emergency, Malah di sirkuit kedua ini Capt. John Mellor bilang “kamu sebenernya udah siap solo, tapi jam kamu masih terlalu sedikit” senang juga dengarnya! Minggu depannya tanggal 17 sebagian dari batch V pindah ke kota Banyuwangi untuk mengoptimalkan sirkuit training di Bandara Blimbingsari Banyuwangi, di sini kita tinggal di homestay dan pergi pagi-pagi menuju Blimbingsari, lalu di sini saya melaksanakan sirkuit ketiga yang menurut saya di sirkuit ketiga ini hasilnya ga terlalu bagus, karena saya terbang siang, di mana sifat alam dari Blimbingsari ketika siang crosswind di bandara ini sangat kencang, bisa mencapai 18 knot, tapi setelah terbang dan melaksanakan post brief dia bilang “besok kamu solo, belajar semua emergency procedure, besok saya dan capt. Terry akan check kamu” rasanya seneng banget campur was-was juga.

Pulang ke rumah di Banyuwangi udah ga keluar kamar, belajar emergency procedure dan pre-solo exam yang beliau kasih. Rasa mulai ga karuan kadang kalau ada yang ngomong-ngomongin “iyas besok solo” langsung sesak napas sakit perut keinget lagi, pagi-paginya sholat subuh dengan bacaan doa yang cukup panjang, mandi terus langsung ke Blimbingsari, di sana nunggu Capt. John Mellor sama Capt. Terry Spendlove yang menaiki pesawat PK-RON, rasa deg-degan makin menjadi ketika beliau sudah berada di atas pelabuhan gilimanuk dan melapor “Blimbing info PK-RON over Gilimanuk 2000ft 2 POB inbound to land” tidak lama kemudian mereka landing, setelah mereka datang saya langsung menuju ke PK-RON yang berada di apron  dan Capt. Terry turun. Lalu saya langsung pre-flight dan terbang dengan Capt. John, penerbangan pertama pagi ini sangat bagus ,anginnya hampir ga ada, setiap emergency procedure dan landing berlangsung mulus, dia bilang “you are ready for solo high school boy!” dan berganti dengan Capt. Terry Spendlove instruktur yang berkebangsaan Inggris dengan logat khas British seperti film Harry Potter yang membuat saya harus berfikir keras untuk memahami perkataaan beliau, entah kenapa rasa nervous saya hilang dan melaksanakan semua exercise dengan baik, begitu selesai check solo dengan capt. Terry saya masuk ke briefing room dan Capt. John memberi wejangan-wejanganya lalu saya diresmikan siap untuk solo.

Selesai briefing saya mulai berjalan ke pesawat, melangkah sendiri menuju ke pesawat Cessna 172P beregistrasi PK-RON pesawat ke-12 dari 15 pesawat milik sekolah saya, menengok ke arah flops di teras ada Capt. John dan beberapa teman saya melihat saya, saya pre-flight lalu masuk kedalam pesawat sendiri, lalu saya baca checklist lalu, “Park Brake On, Fuel selector both, trims take-off, alternate static off, mixture rich throttle 1/8. carb heat off, non-essensial off, avionic master off”. “Area Clear” disahut oleh tekhnisi diluar “Clear Prop” tanda saya bisa memulai menyalakan engine Avco Lycoming, “Master Battery on, Beacon On, feet on brake hand on throttle ignation start!” Mesin berkekuatan 160bhp bergetar saya set rpm di 1000, lalu saya mulai Call ke Blimbing sari

“Blimbing Info PK-RON selamat Pagi”

“PK-RON Blimbing info selamat pagi, Go ahead

“Blimbing Info PK-RON, ready Taxi hold short for solo circuit training

Setelah di approve saya mulai mendorong throttle ke depan, roda-roda pesawat mulai bergerak, saya check brake lalu taxi ke holding point, power check dilanjutkan taxi backtrack runway 26,

“Blimbing Info PK-RON Ready For Departure

PK-RON wind 120 degrees 05 knot runway is clear

runway is clear PK-RON

Saya mulai mendorong throttle penuh ke depan “Oil Temp Oil Press green Band, Bismillah Brake realease, Air speed Alive! 40, 50, 55 Rotate!” pesawat mulai meninggalkan landasan pacu, “Horeee” akhirnya saya terbang sendiri!

“Langit biru awan putih terbentang indah lukisan yang kuasa, ku melayang di udara terbang dengan balon udara” lagu kesukaan saya waktu masih kecil itu langsung terngiang! Terbang sendirian nyawa ada di tangan saya sendiri, setelah itu mulai berpikir apa yang harus dilakukan. “climb with Vy to 500ft then turn left 170 continue climb to 1000 proceed to Downwind heading 260″ pada Sirkuit pattern pertama belum ada masalah, ketika masuk Final terdapat pesawat PK-ROK yang berada di runway untuk take-off tapi masih berada di landasan dan belum terbang. Saya sudah bersiap-siap untuk Go-Around, tetapi tidak lama kemudian ROK terbang, saya tetap melaksanakan pendaratan, ketika power telah saya idle lalu flare ada angin kuat dari arah kiri membuat pesawat saya oleng lalu menghentak landasan dengan keras, setelah menaikan flap dan mematikan carburator heat, saya mendorong throttle ke depan dan kembali mengudara.

Setelah kembali mengudara ternyata permasalahan saya dengan ROK belum selesai, ketika saya terbang jarak separasi antara pesawat saya dan ROK sangat dekat, maka dari itu saya memutuskan untuk extend upwind lalu masuk ke downwind, ternyata permasalahanya tetap berlanjut ketika saya akan masuk base-leg ROK masih berada di base-leg juga saya memutuskan untuk extend downwind, setelah jarak cukup aman saya mulai membelokkan pesawat ke base-leg dan final. Ketika saya di final PK-ROK ternyata tidak jadi mendarat dan membuat exercise Go-Around ketika itu saya tetap landing, dan ketika mengudara kembali jarak separasi menjadi tidak aman lagi, lalu di downwind saya membuat orbit agar mempunyai jarak yang aman dengan ROK. Setelah jarak aman saya kembali ke downwind, lalu base leg dan final, ketika nge-flare pesawat saya berkata harus mulus! Akhirnya menutup First Solo saya dengan landing yang mulus!

After 1st solo Flight with Capt. John Mellor

PK-RON Landed time at 28 proceed to apron see you departure

Landed at 28 Matur Nuwun mas” saya jawab

Masuk ke apron dan mulai terdengar ucapan selamat dari para senior yang sedang terbang diatas! Setelah melaksanakan after landing checklist lalu parkir, dan mematikan engine, Alhamdulillah! reflek saya ketika melepas headset. Setelah itu disambut oleh seorang teknisi yang memberikan selamat, lalu setelah keluar pesawat, Capt. John telah jalan menuju pesawat saya sambil tersenyum, beliau menyalami saya lalu berkata “you did it my high school boy” sambil menepuk pundak saya. Alhamdulillah saya melakukan solo flight di jam ke 10.05 selama 25 menit dan sekali lagi saya telah melangkah lagi ke depan menuju cita-cita saya!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar circuit pattern: courtessy of Pilot Handbook of Aeronautical Knowledge