Amsterdam - Jatuhnya pesawat Turkish Airlines menewaskan 9 orang dan sedikitnya 50 orang luka-luka. Para saksi mata menggambarkan kejadian itu bermula, saat ekor pesawat menyentuh daratan terlebih dahulu, sebelum terseret dan patah.
Setelah pesawat berhenti, ratusan penumpang yang selamat berhamburan keluar. Mereka mendobrak kabin yang terletak di sayap pesawat yang terbelah.
"Sebetulnya peluang untuk selamat sangat tipis. Namun untunglah ada keajaiban sehingga jumlah korban tewas hanya sedikit," ujar Menteri Transportasi Turki Binali Yildirim seperti dikutip AFP, Kamis (26/2/2009).
 
Salah seorang penumpang Tuncer Mutluhan menuturkan, kejadian itu berlangsung sangat cepat. Saat pesawat Boeing 737-800 tersebut mulai mendekati Schiphol, ia merasakan adanya goncangan hingga akhirnya jatuh.
"Semuanya terjadi sekitar 3-5 detik," imbuhnya.
Setelah pesawat jatuh, sekitar 750 ambulans dan kru pemadam kebakaran terjun ke lokasi. Korban yang terluka langsung dibawa ke sejumlah rumah sakit di wilayah Amsterdam.
Pesawat berpenumpang 135 orang ini diketahui terbang dari Istanbul, Turki, dan mengalami kecelakaan saat mendarat di runway utara Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda.
Akibat kecelakaan ini, seluruh penerbangan hingga malam dibatalkan. Kecelakaan ini adalah yang terburuk yang terjadi di Schiphol sejak 1992 lalu di mana sebuah pesawat kargo menabrak apartemen di sekitar bandara yang menyebabkan 43 orang tewas.

Kutipan bebas diatas diambil dari Detik.com website setelah terjadi kecelakaan 737-800 Turkish Airlines yang terjadi pada tanggal 26/2/2009 di bandara Schipol Amsterdam. Kali ini mimpi airlines tidak akan membahas tentang kecelakaan dan penyebabnya tapi kita mencoba memposisikan diri sebagai management Turkish Airlines dan membahas setiap tindakan atau reaksi yang dilakukan oleh management Turkish Airline untuk mengurangi dampak lanjutan atas terjadinya kecelakaan ini.

Total LossKrisis yang paling berat yang mungkin terjadi pada setiap Airlines adalah terjadinya sebuah kecelakaan yang menyebabkan total loss (istilah asuransi yang artinya total biaya untuk membayar perbaikan pesawat lebih dari harga pesawat tersebut, admin) dari pesawat bersangkutan dan juga adanya korban yang jatuh. Kecelakaan dapat terjadi kapan saja, dimana saja tanpa dapat diduga sebelumnya, setiap kecelakaan pasti disebabkan oleh banyak faktor yang berhubungan satu dengan lainnya. Persoalannya apabila kecelakaan terjadi maka harus ada suatu tindakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak buruk, tindakan ini harus dilakukan dengan cepat tanpa ditunda-tunda. Di sinilah maka kita mengenal “Crisis Management”, dalam crisis management ini maka reaksi tindakan cepat yang harus dilakukan oleh sebuah airline yang terkena musibah adalah sebagai berikut :

Mengumumkan nomor telepon, nomor faksimili serta e-mail airlines bersangkutan yang dapat dihubungi masyarakat sehubungan dengan kecelakaan
  • Mengumumkan kepada khalayak ramai melalui media masa atas terjadinya kecelakaan tersebut, menyampaikan rasa duka yang dalam dan simpati kepada keluarga dan kerabat korban yang telah kehilangan orang tercinta.
  • Mengumumkan nomor telepon, nomor faksimili serta e-mail airlines bersangkutan yang dapat dihubungi masyarakat sehubungan dengan kecelakaan tersebut.
  • Segera melakukan pertemuan darurat dan segera mengaktifkan team yang memang telah disiapkan untuk menghadapi kejadian seperti ini.
  • Setiap departemen terkait segera menyiapkan seluruh dokumen yang diperlukan untuk dapat memberikan informasi kepada keluarga maupun kerabat yang ingin mendapatkan data-data korban sehingga tidak menimbulkan situasi “menggantung” karena tidak tersedianya passenger manifest (daftar penumpang, admin) yang akurat.
  • Departemen teknik segera menyiapkan seluruh dokumen tentang pesawat naas yang mengalami kecelakaan tersebut. Data-data tersebut disiapkan untuk segera diberikan kepada pihak otoritas penerbangan sebagai pelengkap dalam proses investigasi/penyelidikan penyebab kecelakaan.
  • Departemen operasi segera melakukan koordinasi dengan bagian planning/perencanaan dan Produksi untuk melakukan review atas jadwal penerbangan dari pesawat yang ada untuk dapat beroperasi dengan “normal”.

“Damage control Team” yang cekatan dan terlatih maka lebih banyak penghargaan yang akan diberikan atas kecakapan dan kemampuan menguasai situasi yang sangat mencekamDamage Control
Damage control adalah suatu proses yang sangat esensial untuk dikuasai oleh seorang top management, mereka harus benar-benar paham dan familiar, tidak panik ketika harus menghadapi krisis yang sangat serius.

Tim Damage control yang dibentuk oleh airlines harus mampu melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

  • membantu keluarga korban yang memerlukan bantuan moril dan materil
  • segera melakukan peninjauan kembali (self review) atas semua tatacara pemeliharaan (maintenance procedure) dan faktor manusia (human problem) yang mungkin memberikan kontribusi atas kecelakaan yang terjadi. Apabila ditemukan suatu kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan maka segera mengambil tindakan yang terukur untuk menghindari kejadian yang sama atas pesawat sejenis yang dimiliki oleh airlines .
  • Jika kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan adalah keamanan atau terror maka segera mengambil tindakan yang cepat untuk memastikan pesawat lain dapat beroperasi dengan aman.

Untuk membuat “damage control team” bekerja dengan efektif dan efisien maka sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun diadakan suatu simulasi apabila terjadi sebuah kecelakaan pesawat. Dalam simulasi ini maka seluruh procedure yang ada diterapkan serta seluruh anggota tim terkait diuji ketrampilannya untuk menerapkan prosedur yang sudah tertulis.

Paska kecelakaan fatal yang dialami oleh airlines akan menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban dan juga menguras perhatian serta tenaga seluruh anggota management airline dalam jangka waktu yang lama, Citra buruk atas catatan keamanan (safety record) airline atas kecelakaan ini membuat sebagian penumpang akan kehilangan kepercayaannya untuk terbang menggunakan airlines bersangkutan, belum lagi akan sangat mahal harga yang harus dibayar oleh airlines tersebut atas tuntutan penumpang dan keluarga korban melalui jalur hukum. Pegawai dan staf airlines bersangkutan juga akan terpengaruh atas kejadian ini karena harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kerabat serta keluarga.

Namun dengan adanya “Damage control Team” yang cekatan dan terlatih maka lebih banyak penghargaan yang akan diberikan atas kecakapan dan kemampuan menguasai situasi yang sangat mencekam. Dapat dibayangkan apabila sebuah airline tidak memiliki “Damage Control Team” yang terlatih maka persoalan akan menjadi lebih kacau balau (chaos) karena ditangani oleh staf yang turut panik dan tidak menguasai masalah dengan baik. Lebih jauh lagi apabila suatu kecelakaan ditangani oleh Unskilled staff (staf yang tidak terlatih) maka citra perusahaan akan lebih buruk lagi di mata otoritas penerbangan, masyarakat serta pers. Hal ini semua akan membuat pemulihan (recovery) citra buruk atas catatan keamanan perusahaan tersebut semakin terpuruk…….
 
Capt. Ario Wibisono, seorang penerbang menambahkan:
 
Musibah bukan semata-mata untuk disembunyikan dan dianggap sebagai sumber rasa malu bagi sebuah perusahaan di mata publik.
Namun sebaliknya bagi mereka yang perhatian akan keamanan/safety semua ini harus diungkap, dituntaskan penyebabnya dan dijadikan kilas balik sebagai proses pembelajaran bagi semua orang di kemudian hari, untuk mengerti betapa pentingnya sebuah nilai SAFETY.
Airlines are like children, you only hear the ones that crash
 
Blu sky Fly safe/Hendriady Ade
admin mimpiairlines.com