Airbus A330, Take off dari Beijing pukul 0100 waktu setempat, suhu -3°C. Flaps 2. Berat sekitar 232 ton, hampir maximum take off weight yang 233 ton.

SID (Standard Instrument Departure) menyebutkan ada beberapa batasan ketinggian untuk dilewati di satu titik atau altitude constrain. Dengan ketinggian airport 200 feet seharusnya acceleration altitude adalah 1700 feet, karena adanya noise abatement maka acceleration altitude menjadi 3200 feet.

Setelah take off, saya (F/O, Pilot Flying) memindahkan throttle ke CLB detent di 1700 feet, thrust reduction altitude. Melewati 2700 feet, ATC mengatakan untuk terbang direct ke XXX, naik ke 21700 feet dan membatalkan altitude constraint. Karena di altimeter saya menunjukkan adanya altitude constraint yang ditampilkan dengan warna magenta, maka dengan reflek saya menarik tombol altitude untuk mendaki/ climb tanpa restriction ke 21700 feet seperti yang diperintahkan oleh ATC.

Saya lupa bahwa saya masih berada di SRS mode, karena masih dibawah acceleration altitude!

Dengan menarik tombol altitude, pesawat mulai menambah kecepatan dengan menurunkan pitch. Saya mulai panik, karena F speed sudah terlewati, tandanya saya harus mulai menarik Flap ke 1.

Saya minta ke kapten untuk menaikkan flap ke 1 dengan menyebutkan "nonstandard flap 1", kapten agak bingung tapi menjalankan apa yang saya minta. Kemudian, setelah melewati S speed saya minta flap 0.

Pesawat terbang dengan clean configuration pada waktu melewati 3300 feet.

Yang harusnya dilakukan...

Seharusnya pada waktu saya melakukan kesalahan menarik tombol altitude, saya juga harus mengkoreksinya dengan menarik tombol speed dan menjaga supaya speed tetap di V2+10. Dengan demikian, profil climb pesawat tetap terjaga sampai mencapai acceleration altitude.

Kesalahan...

Kesalahan saya adalah berakselerasi sebelum acceleration altitude yang menyebabkan pesawat menurunkan pitch (nose), dan menarik flaps hingga flaps 0 sebelum waktunya. Bahayanya adalah, acceleration altitude dirancang untuk membawa pesawat ke ketinggian aman sebelum mulai berakselerasi menambah kecepatan. Dalam hal ini saya sudah berakselerasi sebelum mencapai ketinggian tersebut.

Jika hal ini saya lakukan dengan acceleration altitude yang dibatasi oleh obstacle, maka mungkin saya akan menabrak obstacle tersebut, karena pesawat tidak mendaki dengan semestinya, malah menurunkan hidung pesawat untuk berakselerasi. Alhamdulillah, keadaan saya saat itu tidak terlalu membahayakan karena acceleration altitude di set lebih tinggi dari biasanya (1500 kaki) karena adanya noise abatement. Tapi jika hal ini saya lakukan di Eropa, maka saya mungkin akan mendapatkan denda yang cukup besar karena melanggar acceleration altitude dan mungkin penduduk sekitar bandar udara akan komplain karena kebisingan/noise yang dihasilkan oleh pesawat.

Sebagai tambahan, tulisan tentang SRS dapat anda temukan dengan klik di sini.