A. Pengantar

Contrails kependekan dari Condensation Trails, jika di Indonesia-kan menjadi Jejak Kondensasi disingkat Jakon, adalah fenomena alam yang terjadi saat pesawat terbang tinggi di angkasa. Pesawat terbang seolah mengeluarkan berkas putih seperti asap dari mesinnya dan membentuk garis lintasan atau jejak di belakang pesawat terbang yang terlihat cukup indah dari permukaan bumi.

Banyak orang mengira bahwa jejak asap itu dengan sengaja dikeluarkan oleh pilot sebagai tanda tertentu. Padahal yang sebenarnya adalah hal itu terjadi sebagai fenomena alam biasa sebagai akibat proses kimia-fisika antara gas buang yang keluar dari mesin (engine) pesawat dengan suhu udara di sekitarnya.

Tulisan ini dibuat dengan tujuan memberikan wawasan mengenai Jakon (Contrails) sebagai fenomena alam dalam dunia penerbangan dan dampaknya bagi lingkungan. Harapannya tiada lain adalah untuk memenuhi rasa keingintahuan para member di group yang sering mempertanyakan masalah ini.

 

B. Proses dan Kondisi terjadinya Jakon (Contrails)

Jakon sebenarnya adalah suatu senyawa sebagai hasil proses kimia-fisika antara gas buang mesin pesawat dengan udara di sekitarnya sehingga menghasilkan senyawa yang terkondensasi yang disebut kondensat (condensate). Jadi Jakon adalah fenomena alamiah biasa yang timbul sebagai akibat reaksi gas buang pesawat dengan udara di sekitarnya yang suhunya dingin. Dari hasil riset kita tahu bahwa pada ketinggian lebih dari 8000 meter dpl (di atas permukaan laut), suhu udaranya sangat dingin, bisa mencapai suhu -40 hingga -55 derajat celcius. Jakon biasa terjadi pada ketinggian 8000 meter dpl ke atas, suhu udara kurang dari -40 derajat celcius, dan dalam kondisi atmosfir tertentu.

Di lain pihak kita juga tahu bahwa bahan bakar mesin pesawat terbang mengandung senyawa Hydrocarbon yang terdiri atas zat Hidrogen dan Carbon. Dalam proses pembakaran di mesin pesawat, Hydro dan Carbon dibuang oleh mesin. Carbon sisa pembakaran menciptakan asap Carbon Dioksida (CO2) dan Carbon Monoksida (CO). Sedangkan Hidrogen (H2) bereaksi dengan Oksigen (O2) yang tidak terbakar di mesin pesawat akan keluar sebagai uap air (H2O dalam wujud gas).

Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud zat ke wujud yang lebih padat. Contoh kondensasi adalah misalnya zat berbentuk gas (atau uap) menjadi zat berbentuk cair. Kondensasi terjadi ketika gas mengalami proses pendinginan sehinga menjadi cairan. Kondensasi juga dapat terjadi bila gas dikompresi (tekanan ditingkatkan) sehingga menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi disebut kondensat (condensate).

Jadi ketika gas buang sisa pembakaran mesin pesawat itu keluar dan bereaksi dengan udara sekitarnya yang suhunya dingin, maka gas itu akan terkondensasi menjadi kondensat dan akhirnya menciptakan jejak atau berkas putih menyerupai awan Cirrus yang memanjang yang disebut Jakon (Contrails). Kondensat yang terbentuk dapat berupa butiran mikroskopis air es halus menyerupai kabut, tapi juga dapat berbentuk kristal es kecil jika udara di sekitarnya sangat dingin.

Ada Jakon yang segera menghilang, ada juga yang bisa bertahan agak lama membekas di udara. Lama tidaknya berkas itu bertahan di udara sangat tergantung kepada perbedaan suhu antara gas buang mesin pesawat dan udara di sekitarnya, juga kondisi angin. Semakin besar perbedaan suhu dan semakin tidak berangin, semakin lama Jakon itu bertahan di angkasa. Bahkan dalam kondisi atmosfir tertentu, Jakon dapat terlihat hingga berjam-jam lamanya.

 

C. Jakon mempengaruhi Pemanasan Global

Walaupun Jakon tampak indah dari permukaan bumi, namun berdasarkan hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa Jakon berkontribusi terhadap Pemanasan Global (Global Warming). Dr. Ulrike Burkhardt dan Dr. Bernd Karcher dari Institute for Atmospheric Physics di Pusat Kedirgantaraan Jerman adalah dua ilmuwan yang dalam penelitiannya menggunakan model komputasi untuk melihat sejauh mana Jakon mempengaruhi suhu di bumi.

 
Hasil penelitian itu melaporkan bahwa radiasi panas yang ditimbulkan Jakon sebesar 31 miliWatt untuk setiap meter persegi. Namun bila dibandingkan dengan emisi Carbon Dioksida (CO2) dari pesawat yang besarnya mencapai 3% dari emisi tahunan semua sumber bahan bakar fosil, radiasi panas dari Jakon masih memiliki emisi yang lebih kecil.

Rekomendasi yang dikeluarkan dari hasil penelitian adalah berupa solusi yaitu dengan menurunkan ketinggian terbang pesawat untuk menghindari terjadi Jakon, dan pengembangan jenis mesin pesawat terbang yang lebih baik sehingga dapat mengurangi terjadinya Jakon yang telah terbukti turut andil dalam mempercepat Pemanasan Global di permukaan bumi.

 

D. Kesimpulan

Jakon atau Jejak Kondensasi (Contrails, Condensation Trails) adalah berkas awan yang membentuk jejak di belakang pesawat terbang yang terjadi sebagai akibat proses kondensasi gas buang mesin pesawat oleh udara dingin di sekitarnya.

Jakon biasa terjadi pada ketinggian 8000 meter dpl (di atas permukaan laut) ke atas dan suhu udara kurang dari -40 derajat celcius. Lamanya Jakon bertahan di udara sangat tergantung pada perbedaan suhu antara gas buang mesin pesawat dan udara di sekitarnya, juga kondisi angin. Semakin besar perbedaan suhu dan semakin tidak berangin, semakin lama Jakon itu bertahan di angkasa. Dalam kondisi atmosfer tertentu, Jakon bahkan dapat terlihat hingga berjam-jam lamanya.

Jakon mempengaruhi suhu di bumi sehingga berkontribusi pada Pemanasan Global (Global Warming). Solusi atas masalah itu antara lain dengan menurunkan ketinggian terbang pesawat untuk menghindari terjadinya Jakon, dan pengembangan jenis mesin pesawat terbang yang lebih baik sehingga dapat mengurangi terjadinya Jakon.

 

Semoga bermanfaat. Salam Ilmuterbang..