Suatu hari seorang awak kabin bertanya pada saya, "Captain, I am wondering what do you have in your bag?". Nav bag, itu istilah populernya tas koper para penerbang. Lengkapnya navigation bag. Dulu isinya semua alat untuk navigasi termasuk peta, sekarang semuanya lebih modern dan sederhana. Isi dari nav bag penerbang bervariasi tergantung dengan "medan perang" masing-masing.
Kopernya beli sendiri atau pembagian? Ada yang harus beli sendiri, ada juga perusahaan yang memberikan koper ini sebagai pembagian pada penerbangnya.
Karena banyak yang harus beli sendiri maka merk dan modelnya pun bermacam-macam, biarpun pada dasarnya berupa koper berwarna hitam. Yang cukup penting dari koper ini adalah bisa diselipkan di samping kursi penerbang.
Kalau koper model klasik hanya berupa koper, maka sekarang ini yang populer adalah yang mempunyai roda agar bisa ditarik dan tidak membebani penerbangnya.
Jika koper biasa hanya berupa 1 kompartemen besar, nav bag selain mempunyai satu atau lebih kompartemen juga mempunyai kantong-kantong untuk menyimpan alat-alat yang dibutuhkan oleh penerbang.
Ternyata tidak semua berbentuk koper, ada juga yang berbentuk tas jinjing, biasanya dipakai pada waktu menerbangkan pesawat general aviation yang tidak punya tempat untuk koper besar.
Salah seorang kapten instruktur di tempat saya bekerja pertama kali sebagai penerbang profesional bahkan punya kebiasaan membawa tas ransel anak sekolah pada waktu terbang.
Mari kita lihat apa yang ada di tas koper milik saya yang merupakan pembagian dari perusahaan tempat saya bekerja sekarang. Mohon diperhatikan bahwa tidak semua yang saya bawa diharuskan oleh peraturan.
1. Lisensi. Sama dengan pengendara mobil, seorang pengendara pesawat terbang juga harus membawa lisensi yang dia miliki. Isi lisensinya harus masih berlaku. Baik lisensi sendiri, ijin untuk menerbangkan pesawat tertentu (type rating), sertifikat kesehatan, dan waktu berlaku setiap ijin yang dimiliki. Di beberapa negara, semua ijin ini di-cap dengan stempel di logbook jadi harus juga membawa logbook. Saya tidak perlu membawa logbook jadi penjelasan logbook ada di bagian selanjutnya.
2. Sertifikat kesehatan. Di Indonesia sertifikat kesehatan juga dipergunakan untuk memperpanjang lisensi, sehingga menjadi satu bagian dengan lisensi. Di negara tempat saya bekerja sekarang, masa berlaku lisensi tidak ditentukan dengan sertifikat kesehatan jadi saya harus membawa sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
3. Kaca mata. Saya berkaca mata sehingga menurut peraturan penerbangan saya harus bawa 2 pasang kacamata. 1 pasang dipakai dan sepasang lagi untuk cadangan. Saya sendiri membawa sepasang kaca mata hitam sebagai tambahan. Kaca mata ini biarpun trendi juga menggunakan lensa yang berukuran. Masalah kan kalau saya pakai kacamata hitam biasa lalu tidak bisa melihat.
4. Paspor. Passport diperlukan untuk penerbang yang akan terbang ke luar negeri. Passport juga sering dibawa oleh penerbang yang terbang di dalam negeri kalau ada kemungkinan divertion/mengalihkan penerbangan ke bandar udara terdekat yang berada di luar negeri. Sebenarnya kalau penerbangnya tidak keluar pesawat, dia tidak butuh paspor. Tapi siapa tahu kan?
5. Lampu senter. Lampu ini digunakan untuk memeriksa pesawat di malam hari. Di pesawat sendiri sebenarnya sudah ada beberapa lampu senter tapi hanya boleh digunakan pada saat darurat.
6. Pena. Penerbang seringkali harus menulis dan menandatangani dokumen dan menulis perhitungan-perhitungan navigasi. Jadi ada yang membawa ballpoint, pinsil, atau segala macam bentuk alat menulis yang berbeda tergantung selera masing-masing.
7. Navlog, atau navigation log. Di penerbangan profesional sering disebut operational flight plan, yaitu rencana rute penerbangan beserta perhitungan bahan bakar, waktu, berdasarkan ketinggian, rute, angin, suhu dan lainnya yang sudah dihitung sebelum terbang.
8. Kamera. Kamera adalah kebutuhan pribadi bukan benda yang harus dibawa. Saya membawa kamera karena banyak hal yang bisa saya ambil gambarnya untuk dipakai berbagi di website ilmuterbang.com
9. Tablet elektronik. Perusahaan tempat saya bekerja mempunyai aplikasi yang hanya terbuka di tablet elektronik. Semua dokumen perusahaan dan pesawat, tersedia di sana termasuk peta penerbangan yang saya butuhkan untuk mempelajari rute penerbangan sebelum berangkat. Di pesawat juga tersedia peta penerbangan yang dibutuhkan.
10. Laptop. Laptop bukanlah keharusan untuk dibawa tapi saya selalu bawa laptop karena lebih mudah untuk mengetik di laptop dibandingkan di tablet elektronik.
11. Formulir kosong. Ada beberapa formulir yang saya bawa, antara lain formulir asuransi yang saya butuhkan kalau tiba-tiba sakit di luar negeri. Ada juga formulir training & checking yang mungkin saya perlukan kalau tiba-tiba penerbangan saya adalah penerbangan training. dan buku penerbang traineenya sudah tidak punya halaman kosong lagi.
12. Baju hangat dan sarung tangan. Kedua benda ini hanya diperlukan untuk terbang ke daerah dengan suhu sangat rendah. Juga tidak dipakai di pesawat, tapi pada waktu keluar dari bandar udara apalagi kalau sedang turun salju.
13. Ponsel. Ada 2 buah telepon selular yang saya bawa. Satu bernomor dari operator di Indonesia dan satunya lagi operator di negara tempat saya bekerja. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi saya memang harus punya nomor Indonesia agar keluarga saya bisa menghubungi tanpa harus mencatat nomor baru.
Ada beberapa benda yang tidak saya bawa tapi mungkin dibawa oleh rekan-rekan penerbang lain.
14. Logbook. Logbook dipakai untuk mencatat jam terbang yang dilakukan. Di beberapa negara, logbook juga dipakai untuk bukti training dan bukti validitas lisensi. Instruktur akan menandatangani logbook sebagai bukti bahwa penerbangan training telah dilakukan dengan memuaskan. Saya sendiri mempunyai sebuah aplikasi logbook di tablet elektronik yang saya miliki.
15. Peta. Peta penerbangan biasanya ada di pesawat. Tapi ada juga penerbang yang membawa peta dari perusahaannya untuk dibawa ke pesawat dan dikembalikan lagi setelah selesai terbang. Cara ini untuk menghemat berat peta yang dibawa. Perusahaan tempat saya bekerja mempunyai lebih dari 100 tujuan dan kami hanya membawa peta yang diperlukan saja. Peta yang dibutuhkan untuk mengalihkan penerbangan jika terjadi sesuatu sudah ada di pesawat.
16. Headset. Headset diperlukan untuk berkomunikasi dengan sesama penerbang di kokpit, dengan teknisi di luar pesawat, dengan ATC di darat, bahkan dengan awak kabin yang berada di belakang kokpit. Perusahaan biasanya menyediakan headset tapi banyak yang memilih untuk memakai headset milik sendiri yang lebih bagus kualitasnya.
Alat navigasi lain
Saat ini perangkat navigasi di pesawat sudah cukup canggih. Semua perhitungan bisa dilakukan di komputer yang terpasang di pesawat. Pada waktu belajar menjadi siswa penerbang, ada alat navigasi manual yang harus dipelajari dan dibawa.
17. Flight computer. Flight computer ini adalah alat yang bisa diputar-putar untuk mendapatkan nilai yang diinginkan. Selain manual flight computer, ada juga yang berupa elektronik.
18. Plotter. Plotter adalah penggaris yang bisa dipakai untuk memakai peta tertentu. Nilainya bukan satuan panjang normal tapi satuan panjang yang dipakai di peta penerbangan.
19. Kumpulan peraturan penerbangan dan dokumen lainnya. Siswa penerbang biasanya membawa semua materi pelajarannya pada waktu terbang karena biasanya sebelum terbang dan sesudah terbang ada briefing dari instruktur. Checklist dan manual pengoperasian pesawat terbang termasuk dokumen yang umum dibawa oleh siswa penerbang.
20. Radio komunikasi. Ada beberapa penerbang yang membawa radio cadangan untuk digunakan jika radio di pesawat mengalami kerusakan. Saya tidak membawa radio cadangan karena di pesawat yang saya operasikan sudah terpasang 5 buah radio dan 2 channel komunikasi satelit.
21. Alat navigasi penerima GPS. Saat ini penggunaan sinyal GPS sebagai alat bantu navigasi sudah semakin murah dan alatnya pun semakin kecil. Penerbang membawa penerima GPS portabel yang ringan dan ringkas, kalau alat navigasi di pesawatnya tidak dilengkapi alat navigasi GPS.
Bagaimana dengan harga tas ini? Anda bisa dapatkan dengan harga beberapa ratus ribu rupiah di pertokoan Mangga Dua Jakarta atau sampai 4000 US dollar di salah satu merk tas mahal yang terkenal di dunia.